PESTA ANAK MUDA
Malam tahun baru 1998
yang lalu, gue diundang ke suatu pesta anak-anak muda
kalangan the have.
Pestanya diadakan di suatu villa di Curug Sewu, di kaki gunung
Salak, jalan masuknya
cuma buat satu mobil. Kebetulan gue dan temen gue Ferry
dateng yang paling
belakang dan gue nggak nyangka waktu gue lihat mobil-mobil
yang parkir di situ …
Opel Blazer DOHC gue ternyata yang paling murah !!
Kita berdua langsung
masuk ke villa yang paling besar, di sana sudah ada beberapa
orang tamu … cowok
cewek, semuanya anak muda dengan dandanan yang keren.
Ferry langsung ngenalin
gue ke tuan rumahnya, dia cewek dengan tubuh yang
aduhai … umurnya kurang
lebih 26 tahun, namanya Elena. Menurut Ferry, dia adalah
anak seorang bankir di
Jakarta.
Nggak lama kemudian,
Elena ngebuka acara hura-hura ini …. Sambil makan Ferry
bilangin gue kalau nanti
jangan kaget, dengan bisik-bisik dia bilang, "Ndra, coba elo
itung jumlah cowok sama
ceweknya sama nggak ?". Selintas gue hitung dan
ternyata jumlahnya nggak
jauh beda, gue langsung nanya, "Emangnya kenapa Fer
?". Temen gue ini
nyahutin dengan tenang, "Tenang aja Ndra, pokoknya elo puas lah
!". Sehabis makan,
gue nyari kenalan buat ngobrol dan ada seorang cewek yang
menarik perhatian gue.
Nama cewek ini, Vinda …
tingginya sekitar 158 cm, kulitnya putih dengan rambut
sebahu. Dia memakai kaos
yang ketat dengan belahan di dada yang cukup
menantang kejantanan
gue, buah dadanya nggak terlalu besar tapi bentuknya
bagus. Yang paling bikin
gue penasaran adalah pandangan matanya yang
memperlihatkan hasrat
bercinta. Untuk beberapa saat, kita berdua ngobrol kesana
kemari … dan akhirnya
gue tahu kalau dia baru berumur 22 tahun dan masih kuliah
di suatu perguruan tinggi
di daerah Kalibata.
Nggak berapa lama, suara
musik disco berkumandang dan Elena berteriak lewat
mike, "Dancing
time, guys !!". Dan beberapa orang langsung turun berjoget, gue
nggak tahan juga
akhirnya … gue tarik Vinda turun ke lantai dansa. Ternyata dia
seorang pe-disco yang
hot, gerakan-gerakan tubuhnya bener-bener membangkitkan
kejantanan gue. Beberapa
kali buah dadanya di tempel dan digoyang-goyangkan di
dada gue dengan sengaja,
seolah nantang gue. Kurang lebih 1 jam kita berjoget,
akhirnya kita mutusin
untuk break dulu. Gue nawarin dia mau minum apa dan dia
nyahut dengan nakal,
"Gimana kalau whisky cola aja ?". Wah, gile juga nih cewek …
abis kita minum-minum,
ternyata lagunya diganti jadi slow and romantic dan Vinda
langsung narik gue balik
melantai. Dia langsung meluk gue … buah dadanya
langsung terhimpit
diantara kita berdua, dan membuat kemaluan gue menegang.
Gue pikir si Vinda pasti
ngerasa juga nih …. Akhirnya gue beraniin nyium belakang
telinganya dan gue
terusin ke lehernya, udah itu tangan kanan gue meremas dengan
pelan pantatnya yang
berisi dan Vinda cuma menggumam nikmat. Gerakan itu gue
ulang beberapa kali, dan
terasa desah nafasnya makin keras … akhirnya Vinda nggak
tahan, bibir gue
langsung di kulumnya … gue ngerasain lidah kita beradu. Buat
makin ngerangsang, gue
gesek-gesek kemaluannya pakai tangan gue.
Lagi enak-enaknya kita
ciuman, tahu-tahu musik di balikin lagi jadi disco … bubar
deh,
rangsangan-rangsangan yang gue buat tadi. Sementara gue sama Vinda nge-
slow dance, rupanya makin
banyak minuman keras yang beredar. Nggak lama ada
seorang cewek naik ke
atas meja dan ngejoget dengan gerakan-gerakan yang hot,
dan lagi-lagi Elena
berteriak lewat mikenya DJ, "It's free time … hey, Finny … show
your naked body !".
Dan cewek yang lagi joget diatas meja tadi langsung ngelepasin
blusnya dan disusul
dengan BHnya, cowok-cowok langsung bertepuk-tangan dan
bersuit-suit, sementara
cewek-ceweknya berteriak histeris. Beberapa diantara
mereka langsung
mengadakan gerakan-gerakan sex foreplay. Dalam hati gue
berteriak, "Damn,
ini yang dimaksud sama Ferry tadi !".
Akhirnya perhatian gue
balik ke Vinda lagi, yang sebelumnya gue peluk dari
belakang … gue cium
tengkuknya yang putih, yang dipenuhi dengan bulu-bulu halus
dan tangan gue mulai
masuk ke balik kaosnya mencari buah dadanya. Waktu gue
mulai meremas buah
dadanya, Vinda cuma menggeliat senang di pelukan gue, dan
dia berusaha masukin
tangannya ke celana gue. Sesaat kemudian, dia berbisik,
"Ndra, fuck me
please … gue udah nggak tahan nih !", udah itu si Vinda narik gue ke
salah satu kamar di
lantai dua.
Begitu pintu ketutup,
Vinda langsung meluk dan bibirnya langsung melumat bibir
gue dan tangannya
langsung ngelepasin ikat pinggang dan celana gue, setelah itu
dengan nggak sabar dia
melorotin celana dalam gue. Akhirnya kontol gue yang udah
berdiri dari tadi nongol
keluar dan Vinda dengan sigap menggenggam kontol gue dan
diarahin ke mulutnya.
Dalam sekejap kontol gue setengahnya udah masuk
mulutnya, sementara itu
gue ngelepasin kemeja dan gue ngerasain nikmatnya kontol
dihisap dan diemut.
Sambil ngebungkuk, gue ngebukain kaos sama BHnya Vinda,
ternyata badannya bener
bener putih mulus, teteknya bulat penuh dengan puting
yang berwarna merah tua
dan si Vinda masih ngemut dan ngisep kontol gue dengan
bernafsu.
Setelah gue pikir dia
cukup ngisepin kontol gue, si Vinda gue bimbing dan gue
celentangkan di ranjang.
Sesudah itu gue bukain rok dan celana dalamnya, gue
ngeliat bibir
kemaluannya tidak ditutupi jembut sama sekali. Ketika jari gue mulai
masuk ke vaginanya, gue
ngerasa vaginanya mulai basah. Sementara itu, mulut dan
lidah gue mulai
bermain-main di teteknya, putingnya adalah sasaran yang
menggairahkan dan tangan
gue yang satu nggak ketinggalan mulai ngeremas-remas
teteknya yang mulai
mengeras. Si Vinda cuma mendesah-desah dan menggeliat
merasakan nikmatnya jari
dan kecupan gue, tangannya cuma bisa menarik-narik
rambut gue.
Pelan-pelan jari gue
bergerak makin dalam dan akhirnya tersentuhlah clitorisnya,
langsung aja si Vinda
mendesah, "Uhghh, Ndra … lagii, emmhh" dan bibir gue
ngerasain teteknya makin
tegang. Kecupan dan jilatan lidah gue akhirnya
menjelajahi kedua
teteknya dan lembah diantaranya, dan jari-jari gue tetap
ngemainin clitorisnya
yang membuat Vinda makin menggelinjang-gelinjang dan
desahannya makin keras,
"Ohhh, Ndra …. Ufhh, oohhh". Memeknya terasa makin
basah dan bibir
vaginanya makin menggembung, tanda nafsu birahinya makin
menggelora.
Akhirnya, gue ngambil
posisi 69, kontol gue jatuh diatas mulutnya dan mulut gue
mulai bekerja dengan
mengecup bibir vaginanya. Makin lama gue tambah kekuatan
kecupan gue, makin lama
dan makin kuat, sekali-kali lidah gue mendesak masuk
kesisi dalam dari
vaginanya. Si Vinda hanya bisa menggelinjang dan mengangkat
pinggulnya, karena
mulutnya lagi sibuk ngisep kontol gue. Nggak lama dia
ngelepasin kontol gue
dan ngejerit, "Ndra, fuck me .. please, gue nggak tahan lagi,
please !". Gue
putar badan dan Vinda langsung ngebuka selangkangannya, dengan
dua jari gue buka
memeknya yang sudah menggembung itu dan gue gesek-gesekan
kepala kontol gue ke
bibir vaginanya bagian dalam. Si Vinda makin menggelinjang
dan mendesah-desah,
setelah itu gue masukin setengah kontol gue ke memeknya
dan gue goyang maju
mundur tapi gue jaga cuma setengah kontol gue yang masuk.
Nggak lama Vinda
ngejerit lagi, "Ndra … ayo masukin kontol elo semuanya … yang
dalem Ndra …". Tapi
gue cuekin aja permintaannya itu, karena gue pingin ngebuat
dia makin terangsang.
Cuma kepala kontol gue yang bersenggolan sama selaput
dara dan kadang-kadang
gue ngerasain clitorisnya di ujung kontol gue, sementara
itu goyangan gue makin
cepat dan membuat Vinda makin terangsang. Si Vinda
makin nggak tahan untuk
dientot, "Indra … ayo dong … entot gue …emmhh, masukin
yang dalem Ndra …"
bujuknya manja. "Ok, kalau elo mau ngerasain panjangnya
kontol gue, kita ganti
posisi aja".
Udah itu, gue ngambil
posisi duduk selonjor dan si Vinda gue suruh berjongkok
menghadap ke gue.
Langsung aja kontol gue digenggamnya dan diarahin ke
memeknya, udah itu dia
ngedudukin pinggul gue dan kontol gue langsung terbenam
di memeknya yang basah
lembab itu. "Ok, Vin … sekarang elo goyang pelan pelan
naik turun, gimana
?" dan dia nyahut, "Ndra, kontol elo bener-bener fit di memek
gue … emmm, ufhhh
". Terusnya Vinda bergerak naik turun seperti orang naik kuda,
gesekan kontol gue dan
memeknya memberikan kenikmatan yang luar biasa, makin
lama gerakannya makin
cepat dan desahannya juga makin keras, "Oghhh …. Ohhhh,
emmm ….. ufghh".
Dan gue juga ngerasain kontol gue dialirin cairan vagina yang
makin banyak. Sementara
itu, tangan gue mengelus-elus punggungnya dan
meremas teteknya,
gerakan teteknya yang seirama dengan naik turun badannya
benar benar sensual.
Kurang lebih setengah jam si Vinda berkuda diatas kontol gue,
dia ngejerit kecil,
"Ndra … ughhhh …. gue orgasme …. Ohhh, ohhh" dan tiba tiba aja
badannya menegang dan
dijatuhkannya ke badan gue, dan gue juga ngerasain
kontol gue bener bener
basah sama cairan vagina.
Si Vinda gue rebahin di
pinggir ranjang dan gue berdiri di atas lutut gue, setelah itu
gue buka kedua pahanya
yang putih itu dan gue masukin lagi kontol gue ke
memeknya. Gue senderin
kedua kaki Vinda ke badan gue dan sambil meganin kedua
kakinya, gue mulai
ngegoyangin pinggul gue maju mundur. Gue bilang ke Vinda,
"Sekarang giliran
gue …". Awalnya gue goyang dengan lambat dan makin lama
makin cepat, gue
ngerasain kenikmatan yang diberikan memeknya si Vinda.
Sementara itu, si Vinda
cuma bisa melenguh, "Uhhhg … ohhhh … lagi Ndra … uufhh"
dan meremas-remas
teteknya sendiri sambil menggelinjang-gelinjang. Nggak lama,
gue turunin frekuensi
goyangan gue … jadi gue bisa sambil nyiumin betisnya Vinda.
"Ndra … ohhg,
masukin yang dalem … uuhhhpp" dan gue sahutin, "OK, sekarang
lingkarin kaki elo di
pinggang gue, gue akan tancepin dalem-dalem kontol gue". Si
Vinda nurut dan gue
tarik kontol gue pelan-pelan setelah itu gue masukin lagi
secepat mungkin dengan
tenaga penuh, jadi gue masukin kontol gue dengan
sentakan-sentakan
bertenaga. Vinda cuma bisa menjerit setiap kali kontol gue
memasuki memeknya,
"Oohhh … uuhhhpp ….. uuhhhpp … Ndra … lagiii … ohhh …
gilaa … ouchh … ".
Kedua tangannya merenggut seprei keras-keras, karena dia
merasakan sedikit rasa
sakit yang bercampur kenikmatan yang luar biasa, dan Vinda
memejamkan matanya,
suatu tanda dia bener-bener menikmati kontol gue. Nggak
lama kemudian gue
ngerasain kedua pahanya menegang dan menjepit pinggang gue
dengan keras, demikian
juga dengan badannya yang menegang dan punggungnya
terangkat dari tempat
tidur, membuat teteknya makin menonjol. Akhirnya dia
menjerit lagi,
"Ouchhh … Ndra …. Gue orgasm lagi …. Ouchh" dan gue rebahin badan
gue di atas badannya
sambil gue ciumin leher, telinga dan teteknya yang
menggelembung keras.
Kemudian gue suruh dia untuk terlentang di tengah ranjang.
Sambil gue remas
teteknya, gue bisikin dia, "Satu session lagi yaa …" dan dia
menyahut, "Elo
bener-bener ngebuat gue gila Ndra". Dengan lutut gue, gue buka
lagi kedua pahanya dan
untuk ke sekian kalinya kontol gue masuk lagi di
memeknya. Gue rebahin
badan gue menimpa badannya Vinda dan gue ngerasain
kedua teteknya di dada
gue, sementara itu kedua tangan Vinda memeluk tubuh gue
dengan erat. Gue cium
bibirnya, sehingga kita kembali merasakan lidah-lidah yang
beradu dan gue mulai
menggoyangkan pinggul gue naik turun. Dua puluh menit
kemudian, Vinda mulai
menggelinjang dengan liar di bawah badan gue dan gue
merasakan kenikmatan
yang lain yaitu tetek-teteknya makin bergesekan dengan
dada gue. Setelah itu
gue makin mempercepat goyangan dan Vinda mulai
mendesah-desah lagi,
"Ohhg …. Ufhhp", nggak lama kemudian dia menjerit, "Ndra,
gue mau orgasm lagi …
ouchhh". Terus gue bilang, "Tahan bentar Vin, gue juga mau
keluar nih" dan
makin gue percepat goyangan gue. Akhirnya Vinda menjerit kecil,
"Ndra …. Gue orgasm
… ohhh" dan guepun nggak tahan lagi. Badan kita berdua
menegang dan untuk
meredam jeritan Vinda, gue bungkam bibirnya dengan ciuman.
Setelah itu gue
merasakan gerakan air mani di dalam kontol gue yang berarti
sebentar lagi air mani
gue menyembur keluar dan dengan sigap gue keluarin kontol
gue dari memeknya Vinda.
Akhirnya air mani gue
muncrat keluar tepat di atas dada Vinda dan dia membantu
ngurutin kontol gue,
supaya tidak ada mani yang ketinggalan. Kemudian Vinda mulai
menjilati kontol gue dan
akhirnya diemut untuk dibersihkan. Setelah itu kita berdua
tidur berpelukan
kelelahan dengan rasa puas yang tak segera hilang.
Minggu siang, kita
berdua kembali ke Jakarta dan gue menghabiskan malam Senin
itu di apartemen Vinda
di bilangan Prapanca. Kita berdua bersetubuh lagi dengan
nafsu yang menggelora.
Karena Senin itu gue harus kerja, gue tinggalin Vinda yang
masih tidur telanjang
dengan pulas. Gue tinggalin pesen di meja riasnya "Vin, thanks
… please contact gue
.... bye !".
>>>>>>>>>>TAMAT<<<<<<<<<<
0 comments: on "Cerita SEX PESTA ANAK MUDA"
Post a Comment