Sahabatku Levana
bandung, kulit putih
bersih, ukuran payudara saya yang 34C termasuk lumayan
untuk gadis seusia saya.
Pekerjaan saya manager operasional perusahaan terkenal
di daerah saya. Saya
ingin mengeluarkan gelisah hati yang saya pendam Fifima ini,
mudah-mudahan saya bisa
berbagi dengan pembaca sekalian. Saya dikantor
mempunyai sahabat yang
namanya levana, sering saya panggil Ana. Orangya supel,
dan mudah bergaul,
tingginya 172 cm/53 kg, dengan kulit putih mulus, maklum
orang menado asli, 34B
ukuran payudaranya. Saya mempunyai kelainan ini sejak
masih gadis pas tinggal
bersama kakak saya, mbak erni namanya. Kapan-kapan
saya ceritakan sejarah
lesbian saya, tapi saya juga suka cowok lho sama seperti
gadis-gadis lain. Cuman
saja hampir tujuh puluh persen saya menyenangi cewek,
saya tidak mengerti
mengapa saya begini, mungkin suatu saat saya bisa sembuh
total ya?!. Saya sering
jalan bareng ana kalo ada undangan karena saya belum ada
pasangan, banyak sich
cowok yang naksir, cuma saya masih enggan aja untuk
berpacaran. Saya ingat
betul awalnya pas bulan Agustus 2004, sehabis pulang
kantor.
"ka, sini
sebentar" panggil ana pada saya sambil mendekatkan Mercynya.
"ada apa na?"
tanya saya heran pada ana.
"boleh nggak minta
tolong"
"tolong apa"
"itu lho, rumah
saya khan sedang direnovasi…"
"terus"
"mmh, boleh numpang
nginep nggak dirumahmu" tanya ana ragu-ragu.
"alaa, gitu aja
nanya, boleh dong, sekarang?"
"iya, boleh
khan?" tanya ana sekali lagi meyakinkan dirinya sendiri.
"udah nggak usah
banyak omong, ayo jalan" perintah saya sambil tersenyum.
"okey, trim's
ya"
Maka setelah ana
mengambil baju sekedarnya, kita berdua meluncur ke rumah saya
yang memang jauh dari
kantor. Rumah saya mempunyai empat kamar, satu kamar
untuk tamu dan kamar
saya ditengah, saya tinggal sendiri karena orang tua saya
tinggal di surabaya.
"na, ini kamarmu
ya" kata saya sambil menunjukkan sebuah kamar padanya diujung
depan.
"trim's ya"
jawabnya sambil masuk melihat-lihat kamar.
"tak tinggal
dulu"
"ya…"
jawabnya sambil lalu. Saya kemudian menuju kamar untuk mandi dan ganti
baju, soalnya gerah
sejak tadi, sedang asyik-asyiknya saya memilih BH, tiba-tiba
ana masuk kekamar.
"eh…maaf ka, lagi
pake baju ya" katanya kaget melihat masih memakai celana
dalam berwarna merah dan
belum mengenakan BH sama sekali.
"oh ana, masuk na,
nggak apa-apa kok" jawab saya sambil tersenyum melihatnya
yang masih memandangi
payudara saya yang termasuk besar dan montok.
"wah, badanmu seksi
juga ya"
"tentu aja, abis
saya rajin senam sich"
"oh ya, ada film
bagus nich, nonton yuk" ajak ana sambil menggandeng saya untuk
nonton TV di ruang
tengah.
"bentar na, tak
ganti baju dulu ya" jawab sambil memakai BH dan kaos longgar serta
celana pendek.
"tak tunggu
ya…"
"ya"
Kemudian levana sudah
duduk didepan TV sambil makan camilan, sedang saya
masih sibuk membereskan
baju yang berserakan. Malam itu ana mengenakan daster
kuning hingga kelihatan
kulit lengannya yang putih mulus, kadang-kadang karena
duduk kita yang mepet,
ana tak sengaja menyenggol payudara saya hingga
perasaan saya jadi
tambah aneh. Mungkin karena acara Tvnya yang membosankan,
saya jadi tak tertarik
lagi, saya lebih tertarik memperhatikan ana saja. Ternyata ana
yang memakai daster itu,
sudah tidak memakai BH lagi hingga tonjolan payudaranya
kelihatan mencuat
keatas, mungkin karena kita sama-sama perempuan, jadi ana
tidak malu-malu lagi,
bahkan kadang-kadang kakinya dinaikkan kemeja hingga
bawahan dasternya jadi
tersingkap dan memperlihatkan celana dalamnya yang
berwarna putih.
Perasaaan saya jadi lain hingga saya memutuskan untuk kekamar
dan berganti baju dengan
daster tanpa memakai BH dan celana dalam, supaya
tambah nyaman gitu kalo
berdekatan dengan levana, sungguh levana itu gadis yang
cantik seperti artis
mandarin. Saya kembali keruang tamu dan membawa kaset DVD
untuk saya tonton
bersama ana, siapa tahu aja levana tertarik dengan filmnya dan
pengin mmmh….
"na, ganti ama DVD
ya"
"film apaan
tuch"
"ini, film romantis
dari jepang, pengin liat nggak?"
"ya, bolehlah, abis
acaranya nggak ada yang menarik sich"
"okey, duduk dekat
sini" perintah saya pada ana untuk duduk disofa agar nyaman
menonton film itu.
Sebetulnya sich, itu film triple XXX dari jepang mengenai seorang
gadis yang mencintai
guru wanitanya dan mereka bersetubuh dan bercinta dengan
gaya yang romantis
dengan berbagai macam gaya. Volume TV dan AC saya perbesar
hingga ana mepet dengan
saya. Untung rumah sudah sepi karena pembantu sudah
pulang semua dan lagian
rumah saya besar, jadi volume suara TV yang besar itu
tidak kedengaran
lagi.
"film BF ya"
tanya ana tanpa menoleh pada saya.
"tapi bagus lho,
untuk pelajaran sex"
"bagus, sich bagus,
tapi saya jadi pengin nich" guman ana tak jelas karena napasnya
yang makin berat dan
diselingi suara orang
bercinta dari TV yang
makin kencang.
"gimana kalo saya
pegang susumu"
"hush, ngaco kamu
tika, kita ini sama-sama cewek tauuu" jawabnya sambil
monyong, namun itupun
menambah gairah saya makin tinggi.
"daripada kamu
megang sendiri, hayoooo" jawab saya tak mau kalah sambil meraba
payudaranya.
"jangan,
tika….jangan…" teriaknya keras karena kaget payudaranya saya pegang.
Namun teriakannya tak
membuat saya jera, bahkan kupingnya yang sensitip saya
cium dengan lembut.
"kurang ajar kamu,
sstss…."
"mmh…"
Pergumulan saya dengan
ana berlangsung seru, hingga beberapa menit levana
masih memberontak,
tetapi karena gairahnya sudah naik dan ditambah lagi dengan
ciuman dan remasan saya
pada daerah sensitipnya, akhirnya ana menyerah juga.
Bahkan dengan sigap
mencium bibir saya dengan ganas sambil meraba vagina saya
yang sudah mulai basah
sejak tadi.
"sst…mmh…tunggu…"
potong saya menghentikan ciuman dan serangannya ana.
"hahhh, ada apa
ka?"
"buka
dastermu…" perintah saya menyuruhnya membuka daster, sementara saya
yang telah membuka
daster hingga bugil.
"wah, susumu besar
juga ya" kata levana kagum melihat payudara saya yang sudah
tegak, sambil juga
melepaskan dasternya, bahkan celana dalamnyapun ikut
dilepaskan juga hingga
kita sama-sama bugil. Dan kamipun kembali saling
berciuman disofa tanpa
mempedulikan Film jepang itu, saya mengambil inisiatip
untuk memulai mencium
payudaranya.
"ssstsss…ssst…"
"mmh…gan…tian…"
rintih ana karena tidak dapat menahan ciuman dan jilatan
lidah saya pada
payudaranya. Maka sayapun berganti posisi dengan ana yang
menjilat payudara saya
dengan semangat hingga vagina saya juga ikut dibelai,
bahkan jari-jarinya yang
lentik keluar masuk kedalam lubang vagina saya dengan
cepat hingga saya
orgasme yang pertama.
"sstsss…ssst…
"mmh…enak…na,
cepetan…sstsss…" rintih saya karena tak tahan dengan
permainan ana yang
begitu hebat, bahkan ana sekarang mejilat vagina saya dengan
liar hingga beberapa
menit, saya semakin mendorong vagina saya kearah mulutnya
yang sedang menghisap
bagian dalam.
"sstss…pinggir…nya..ssts…ya…"
"ya…sstss…yang
i…tu…" rintih saya terpatah-patah. Tiba-tiba levana
menghentikan
permainanya…
"ada apa
na?"
"kita coba yang
kayak di film, mau khan?'
"boleh aja…"
jawab saya senang karena senang gaya enam sembilan.
Gaya enam sembilan itu
maksudnya saya yang berada diposisi atas menghadap
levana yang berada di
posisi bawah dengan saling menjilat vagina masing-masing,
bahkan saking enaknya
hingga kepala saya terjepit oleh levana yang rupanya juga
orgasme yang pertama.
Kami melakukan pergumulan itu disofa hingga dua jam dan
rupanya levanapun puas
atas permainan itu.
"hahhh, lega
rasanya…"
"gimana, enak
nggak?"
"enak juga
ya"
"mau lagi
nggak?"
"mau dong kalo
caranya gitu" jawab ana manja sambil mencium bibir saya gemas.
Malam itu saya dan
levana menghabiskan permainan yang seru itu dikamar, bahkan
ana tak henti-hentinya
meremas payudara saya dengan gemas, kadang-kadang saya
puaskan levana dengan
alat kelamin pria pastik itu, tentu saja alatnya bisa getar, itu
menambah nikmat
percintaan saya dengan ana. Beberapa ronde kita lalui hingga
pagi, juga dikamar
mandi. Seperti biasa saya sudah bersiap kekantor dengan levana.
"ayo na, udah siap
belum"
"udah bosss,
ayo" gandeng ana mesra sambil mencium bibir saya lembut.
"hush, nanti
dilihat orang lho"
"iya ya…"
Maka sejak itu, saya dan
levana sering bercinta dirumahnya atau rumah saya,
bahkan pernah beberapa
kali kita bercinta didalam mobil. Pas hari libur, levana
mengajak saya dan
beberapa temannya ikut darmawisata ke Pulau Bali dan Lombok.
Salah satu diantaranya
bernama Fifiani yang orang Malang katanya.
"tika, kamu ikut
tour besok nggak"
"tentu dong, yang
kebali dan lombok khan?"
"iya dong,
eh…kenalin nich,teman saya"
"Fifiani"
katanya memperkenalkan diri.
"Kartika Sari"
jawab saya sambil menjabat tangannya yang kuning langsat itu.
"ayo na, sampai
besok ya" jawab levana menggandeng Fifiani. Hari yang ditunggu-
tunggu akhirnya tiba,
saya dengan beberapa teman kantor jadi berwisata ke pulau
bali dan lombok, juga
ada Fifiani dan levana. Dari ngobrol-ngobrol kita, saya ketahui
bahwa Fifiani itu
umurnya baru 23 tahun, 172 cm/53 cm, dengan payudara 34C,
orangnya cukup ramah dan
sopan. Levana pernah bercerita pada saya bahwa Fifiani
adalah seorang lesbian
sejati, sudah pernah beberapa kali pacaran, namun kandas
dijalan hingga hatinya
hancur lebur.
"ana, sini bentar
na" panggil saya pada ana.
"ada apa
tik"
"tukeran duduk ya,
Fifiani disini en' tas ini ditempatmu, gimana?"
"enak aja, kapan
lagi kesempatan gini datang"
"please dong, khan
kamu udah lama kenal ama Fifiani"
"iya dech, cuman
aku boleh liat dong disebelah…" canda ana sambil mencolek
payudara saya gemas.
Akhirnya dalam bis itu,
saya yang mulanya duduk dibelakang dengan tas besar,
entah siapa yang punya,
dapat duduk dengan Fifiani yang cantik. Levana tak
ketinggalan duduk
disebelah dengan tas besar yang sudah saya pindahkan. Fifiani
dalam perjalanan itu
memakai rok jins hitam dengan kaos merah mudanya, sungguh
serasi dengan bentuk
tubuhnya yang proporsional. Rupanya Fifiani atau biasa saya
panggil dengan Fifi
senang curhat sama saya, bahkan beberapa kali matanya
mengarah pada payudara
dan bawah rok jins biru saya yang agak naik keatas,
mungkin celana dalam
saya yang berwarna putih polos kelihatan kali ya, tapi saya
cuek aja sich. Bahkan
saya sengaja beberapa kali menyingkap rok saya hingga paha
saya yang putih
kelihatan dengan jelas hingga Fifi salah tingkah memperhatikan rok
saya. Malam itu kita
sudah melewati kota probolinggo, saya lihat teman-teman
sudah pada tidur karena
kecapean, sementara levana memperhatikan saya sambil
mengedipkan mata
beberapa kali. Bis wisata itu yang duduk dibelakang cuma saya,
marsela, levana dan
beberapa barang bawaan yang menumpuk, sementara yang lain
duduk didepan, tentu
saja ada yang berpasangan. Sementara itu fifi rupanya sudah
tertidur pulas dengan
kepalanya bersandar pada bahu kanan saya, dan perasaan
saya jadi tak enak nich
karena napasnya yang harum dan lembut tercium oleh saya,
disamping itu posisi
duduknya yang sungguh membuat dada saya berdebar-debar
karena kakinya menopang
pada paha saya. Dengan perlahan saya menyelimutinya
hingga kita berdua
tertutup oleh selimut hingga cuma tinggal kepala saja yang
kelihatan. Tangan kanan
fifi saya pegang dan saya tempatkan payudara saya, tiba-
tiba fifi membuka
matanya dan menatap saya tajam.
"eh…eh…fi…belum
tidur ya" tanya saya tergagap-gagap karena kaget
melihatnya bangun
tiba-tiba.
"iya mbak, belum
ngantuk nich" jawabnya terseyum ramah dan tidak melepaskan
tangannya dari payudara
saya, padahal payudara saya udah horny nich.
"jangan panggil
mbak dong, panggil tika ya"
"iya dech, tika
udah punya pacar belum"
"belum, emangnya
kenapa"
"masak, cewek
secantik kamu belum punya pacar!"
"emang belum, kamu
sendiri"
"udah pernah sich,
cuma sering putus, lebih sahabatan ama cewek"
"oh gitu
ya…"
"ka, boleh nggak
fifi peluk"
"boleh aja,
terserah fifi dech" guman saya pelan karena fifi dengan pelan meremas
payudara saya dengan
gemas, bahkan sudah masuk dalam BH saya dan
meremasnya dengan
lembut.
"sstss…fi…"
"gimana ka"
tanya fifi yang berusaha membuka BH saya.
"enak
fi…sstss…saya boleh…" belum sempat fifi menjawab, tangan saya sudah
masuk dalam roknya dan
membelai vaginanya yang masih memakai celana dalam.
"sst…ka…ayo
dong…" ajak fifi menuntun tangan saya untuk masuk kedalam
celana dalamnya dan
menyentuh vaginanya. Akhirnya saya dan fifi saling meremas
payudara dan menyentuh
vagina hingga fifi duluan orgasme karena tak tahan
dengan jari-jari saya
yang keluar masuk vaginanya dengan cepat. Levana yang dari
tadi memperhatikan saya,
juga ikut-ikutan merogoh payudaranya sendiri. Belum
sempat saya orgasme, bis
itu sampai denpasar, dan kita memesan kamar masing-
masing untuk esok
paginya kita lanjutkan dengan pesiar keliling pulau Bali.
"gimana nich fi,
saya khan belum…"
"tenang aja ka,
gimana kalo kita tidur berdua" jawab fifi santai karena tahu saya
belum puas.
"iya
dech"
"saya boleh ikut
nggak, boleh ya…" rengek levana tiba-tiba mendekati kami.
"boleh aja, gimana
fi, ana dikasih ikut nggak!" tanya saya pada fifi.
"okey, pasti tambah
asyik ya" jawabnya sambil mengedipkan mata pada saya.
Jadilah saya memesan
kamar bertiga dan setelah kami diberi pengarahan dari
pemandu wisata untuk
bangun jam 08.00, maka saya langsung masuk kamar.
Setibanya dikamar dan
menaruh tas, saya peluk fifi dan menghimpitnya ketembok
hingga payudara saya
yang montok menempel ketat pada payudaranya.
"udah nggak sabar
nich yee…" goda ana sambil memeluk saya juga dari belakang
dan langsung mencium
leher saya dengan ganas.
"fi…kamu…"
"udah ka, ayo kita
terusin yang tadi" jawab fifi sambil melumat bibir saya dengan
ganas.
"mmmh…."
Fifi yang mencium saya dengan ganas itu juga tak kalah gesitnya
mencoba kembali membuka
BH saya yang akhirnya terlepas juga kebawah,
tangannya dengan
terampil kembali meremas-remas payudara saya, disamping itu
ana berusaha mencopot
rok jins dan celana dalam saya hingga saya yang pertama-
tama bugil duluan. Entah
siapa yang memulai duluan, tahu-tahu saya sudah
ditempat tidur dengan
payudara saya yang dijilati fifi dengan lincah, bahkan anapun
sudah bugil dan sekarang
lagi menjilati vagina saya dengan lahap.
"sst…na…mmmh…."
"ssts….sstrrrssss…"
rintih saya keras karena tak tahan diperlakukan oleh dua
orang wanita cantik yang
menjilati bagian sensitip saya.
Beberapa menit kemudian
saya pun tak tahan dan orgasme yang pertama, fifi juga
minta gantian dibawah
untuk kita kerjai yang saya bagi tugas dengan ana, saya
bagian menjilat
vaginanya dan ana bagian payudara dan bibirnya. Beberapa menit
permainan itu kita
lanjutkan dengan cara berganti-ganti posisi.
"ka…sstss..geli…ahhhh…sssts"
"ssts…mmmh…jilat
yang itu….ya…." rintih fifi yang sedang jongkok karena
vaginanya dijilat oleh
ana.
"sstss…go…yang…na….sstssss…."
desis saya karena meminta ana yang
vaginanya sedang saya
gesek-gesekkan dengan vagina saya untuk menggoyang
pinggulnya lebih keras.
Permainan demi permainan kita lewati yang akhirnya saya
meminta fifi memasang
penis plastik yang bisa getar itu pada vaginanya. Bentuknya
sich seperti celana
dalam yang ditengahnya ada penis plastik, bahkan sich bisa
getar, maklum buatan amerika
katanya fifi lho.
"ssstss…pelan…fi…arkh…"
jerit saya karena fifi memasukkan penis buatan itu
terlalu cepat pada
vagina saya.
"mmh…gimana ka,
enak…"
"ssts…ya,
ayo…" perintah saya setelah fifi memasukkan penis plastik dan
mendorong keluar masuk
hingga saya merasa nikmat dan menjepit penis plastik
dengan keras hingga
dinding vagina saya berdenyut-denyut.
"sstt…ayo…fi..lebih
cepat lagi…"
"sstsss…mmh…"
"sstsss…argkkkkk…"
jerit saya melengking karena cepatnya fifi memasukkan
penis plastik itu hingga
saya orgasme berulang-ulang yang ditambah lagi
rangsangan pada payudara
saya yang dijilat dan diemut oleh levana sambil
tangannya ana tak
henti-hentinya juga meremas payudaranya fifi. Vagina saya
mengeluarkan lendir
berwarna putih sungguh banyak sekali.
"lega rasanya,
nikmat juga pake penis…"
"enak nggak rasanya
ka" tanya levana pada saya dengan mimik heran.
"lho, kamu belum
pernah tho an"
"belum tuch,
biasanya sich cuman ama cewek aja"
"nikmat kok
rasanya, saya sering pake kalo nggak ada pasangan" jawab fifi sambil
membersihkan penis
plastik itu untuk kita pake lagi.
"gimana an, kamu
coba dech, sini tak cobain…" bujuk pada levana yang kelihatan
masih pengin mencoba
gaya penis buatan ini selain gaya enam sembilan favoritnya
levana dan saya. Malam
itu kita bertiga menguras habis energi untuk bercinta hingga
kekamar mandi, bahkan
dengan senangnya saya bisa memandikan fifi yang masih
mudah diantara kita
bertiga.
"pelan-pelan ya
masuknya" perintah levana cemas.
"tenang aja, nggak
sakit kok" kata saya meyakinkan levana yang melihat saya sudah
memasang penis itu di
kemaluan saya, emang sich permukaan penis plastik ada
bintik-bintiknya yang
tidak beraturan dan saya juga nggak begitu ngerti apa
manfaatnya, mungkin aja
untuk menambah rasa nikmat jika bersentuhan dengan
dinding vagina kali
ya.
"sst…mmh…"
"sstsss….aduh…."
jerit ana pelan karena penis itu terpeleset bibi vaginanya ana.
"stsss…mmh…"
"mmmh…"
Akhirnya seluruh penis
plastik itu masuk dalam vaginanya ana yang masih sempit
itu, mungkin levana
masih perawan ya karena beberapa saat kemudian sedikit
keluar darah. Memang
selama saya bersahabat dengan levana, ana jarang bergaul
dengan teman pria,
kebanyakan teman wanita seperti saya dan yang lainnya.
Sedangkan fifi pergaulannya
luas termasuk dengan pria, vaginanya fifi udah agak
lebar dibanding dengan
vagina saya dan vagina levana.
"na, kamu masih
perawan ya" tanya saya serius pada levana.
"eh…iya…berarti
kamu yang pertama sayang" jawabnya mesra sambil mencium
saya dengan lembut.
"mmh…" Saya
berusaha maju mundur mengikuti seperti yang di film BF, para pria
memaju mundurkan
penisnya kedalam vagina wanita. Sambil memasukkan penis,
saya meremas-remas
payudaranya ana,.
"sstsss….ter…us…sstssss…"
"sstssss…."
"sst…fi…ayo…"
ajak ana sambil mengajak fifi untuk berciuman dengan saya.
"sstsss…sstsss…"
"mmh.."
Sambil saya berciuman
dengan fifi, saya memasukkan penis plastik keluar masuk
dengan irama yang
teratur hingga pantatnya levana bergoyang pelan. Rupanya ana
menikmati permainan
penis plastik itu dan menyuruh saya agar cepat menaikkan
tempo keluar masuknya
penis plastik itu dalam vaginanya.
"ayo fi, isep
putting saya"
"iya, ka…"
"sstss…mmh…"
rintih saya agak keras karena fifi bukan saja mengisep putting
saya, bahkan menggigit
putting saya dengan gemas hingga saya merasa nikmat dan
mendorong penis plastik
itu makin cepat saja.
"sstss…ssstsss…."
"sstss…bagi…an..sstss…itu…"
desis ana mengarahkan saya untuk
menyodokkan penis itu
pada bagian lubang vaginanya. Permainan dengan ana
membutuhkan waktu yang
lama karena lebih menahan irama birahinya hingga
pinggulnya saya
pegal-pegal, kemudian setelah saya capek, saya menyuruh fifi
untuk gantian menindih
levana dengan penis plastik itu.
"fi, gantian ya,
saya capek nich" "ya, ayo sini" jawab fifi sambil memasang penis
itu
dan langsung
memasukkannya dalam vaginanya levana dan merekapun bermain
dengan bernafsu hingga
fifi melahap bibir ana dengan ganas. Dan sayapun
menyelipkan tangan
diantara payudara mereka dan meremas-remas supaya ana
cepat orgasme. Dan
akhirnya levana melepaskan
ciumannya fifi dan
menyuruhnya lebih cepat.
"sstsss…sstss…"
"sstss…ayo…fi…cepetan…"
"saya…sstss…mau….keluar…sstss…"
rintih levana dan fifi semakin
mendorong dengan cepat
penis plastik itu hingga ana bergerak-gerak liar hingga
menjepit fifi dengan
kuat.
"sstsss….argkkkkkk…"
jerit levana melengking karena cairan putihnya akhirnya
keluar juga untuk
terakhir kalinya. Jam empat pagi baru kita tidur bersama, tentu
saja dengan keadaan
bugil dan kepuasan yang tiada tara. Dan kembali tour kita
lanjutkan untuk wisata
ke pantai sanur dan pantai kuta. Terima kasih pada Bapak
hartono atas tournya,
juga sahabatku Fifi dan Levana atas pengalamannya bersama
saya, kasih komentar ya
atas cerita saya ini, kalo ada yang kurang, konfirmasi ke
email saya.
>>>>>>>>>>TAMAT<<<<<<<<<<
0 comments: on "Cerita SEX Sahabat Levana"
Post a Comment